Sebagai negara multikultural, Indonesia dihadapkan dengan banyak perbedaan baik dari perbedaan suku, adat, maupun agama. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) bidang dakwah KH Cholil Nafis dalam ceramahnya menjelaskan, Pancasila sebagai dasar negara Indonesia ti dak akan cukup untuk merangkul seluruh perbedaan yang ada.
Pancasila bukan suatu agama atau suatu bentuk gerakan anti agama, tapi Pancasila adalah dasar negara yang merujuk pada agama, kata Cholil Nafis saat memberikan kajian agama di Masjid Al-Hikam, Depok, pada Sabtu (24/3) lalu.
Menurut dia, kombinasi sempurna dalam terbentuknya suatu negara yang kuat dan memiliki toleransi tinggi, harus juga didasari dengan agama. Berdasar pada perkataan Imam Al-Ghazali bawa agama adalah fondasi dan negara adalah penjaganya, maka sangat diperlukan keselarasan dari keduanya agar negara tetap kuat dan nyaman bagi warganya.
Negara yang tidak dilandasi agama maka akan runtuh, begitu juga agama tan pa negara bagikan rumah tanpa penjaga sehingga tidak dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi peng huninya, kata dia.
Merujuk pada masa-masa terben- tuknya pemerintahan Islam pertama, Madinah, Rasulullah saat itu menggu- nakan nama Madinah yang berarti per- adaban, dengan maksud agar pemerin- tahan tersebut dapat melahirkan perad- aban Islam yang maju. Asas pemerinta- han saat itu, bukan terfokus pada takhta atau jabatan, melainkan kesatuan dan kekompakan warganya untuk memben- tuk negara yang maju.
Negara pada hakikatnya bertugas untuk melindungi hak warganya, baik hak untuk hidup, memperoleh pekerjaan, kesejahteraan, maupun menjalankan perintah agama yang mereka anut.
Mengambil perkataan Kiai Hasyim Muzadi, tentang prinsip keadilan suatu negara, yaitu keadilan hukum yang harus sama rata sama rasa, tapi keadilan ekonomi itu sama rasa tapi tak sama rata.
Perbedaan ini disesuaikan dengan proporsinya masing-masing, baik sesuai kinerja kerja, kepandaian, dan aspek lainnya, kata dia.
Patokan suatu negara yang dapat dikatakan makmur, yaitu saat seluruh komponen negara tersebut, baik war- ganya hingga alamnya dapat sejahtera. Sedangkan untuk mendapatkan kemak- muran tersebut, diperlukan adanya kebi- asaan untuk selalu bersyukur dan memanfaatkan nikmat Allah SWT sebaik- baiknya tanpa berlebih-lebihan.
REPUBLIKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar